UANG GRATIS

Minggu, 28 November 2010

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pokok-pokok Pikiran
Segata/adi-adi/pattun adalah salah satu jenis sastra lisan lampung adalah merupakan salah satu pencerminan tata kehidupan masyarakat yang harus dipelihara dan ditumbuhkembangkan, untuk kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya sebagai warisan budaya.

Segata/adi-adi/pattun adalah juga merupakan salah satu kesenian rakyat lampung yang mencerminkan kehidupan masyarakat dan sebagi perwujudan simbolis nilai-nilai dan norma-norma kehidupan masyarakat lampung.

Sesuai dengan situasi dan kondisi tersebut maka keberadaan Segata/adi-adi/pattun mengalami perkembangan seiring dengan perjalanan waktu, sehingga proses pembinaan dan pengembangan Segata/adi-adi/pattun ini pun mengalami proses yang beragam. Untuk itu sangat perlu adanya pembenahan, perbaikan dan kreasi supaya Segata/adi-adi/pattun tersebut mampu tampil sebagi sosok yang utuh dan dapat menjadi identitas provinsi Lampung.

Penerbitan CD Pembelajaran Segata/adi-adi/pattun adalah sebagai media yang inovatif agar Segata/adi-adi/pattun dapat diterima oleh masyarakat dan dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran yang lebih menarik dan membangkitkan imajinasi masyarakat supaya mampu berapreasiasi dalam rangka usaha pelestarian dan upaya pengembangan segata/adi-adi/pattun lampung tersebut.

Selain pokok pikiran di atas penerbitan CD Pembelajaran Segata/adi-adi/pattun ini mampu mewujudkan;
1. Segata/adi-adi/pattun adalah lagu daerah rakyat lampung , merupakan hasil kesenian yang mencerminkan tata hidup masyarakat lampung sebagai perwujudan symbol tata nilai dan pola hidup yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat
2. Ragam unsure seni yang mendukung seperti melodi, lirik, instrument dan vocal memberikan sumber inspirasi dan daya kreatifitas bagi pencita lagu atau seni tradisi lisan untu mencipta karya baru dengan tetap berakar pada Segata/adi-adi/pattun yang melekat dan dihayati oleh masyarakat
3. Segata/adi-adi/pattun pada awal kelahirannya berkembang pada lingkup tertentu yang nantinya mampu berkembang ke lingkup yang lebih luas sebagai salah satu alat komunikasi
4. Segata/adi-adi/pattun ini kini dapat dikreasi utuk lebih tampil media elektronik yang lebih inovatif.

B. Alasan yang Mendasari Pembuatan CD Pembelajaran

Alasan yang mendorong untuk memilih materi Segata/adi-adi/pattun dibuat CD pembelajaran adalah;
1. Masih kurangnya tulisan tentang Segata/adi-adi/pattun yang bersifat teknis, sedangkan banyak kalangan berminat mempelajari Segata/adi-adi/pattun dijadikan pedoman pembinaan dan pengajaran.
2. Masih kurangnya media visual yang memunculkan Segata/adi-adi/pattun .
3. Segata/adi-adi/pattun sebagai salah satu cabang seni vokal adalah salah satu manifestasi masyarakat lampung yang perlu didokumentasikan melalui tulisan dan dalam bentuk visual yang bersifat teknis agar simbol-simbol yang terkandung di dalamnya dapat menjadi cirri yang khas provinsi Lampung.

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penerbitan media visual CD Pembelajaran Segata/adi-adi/pattun adalah sebagai berikut;
1. Untuk pelestarian Segata/adi-adi/pattun sebagai salah satu cabang seni di daerah Lampung, sehingga keberadaannya tetap terpelihara dengan baik dan utuh selanjutnya dapat dihayati dan dihargai oleh generasi selanjutnya
2. Untuk menambah perbendaharaan inventarisasi koleksi seni daerah Lampung khususnyaSegata/adi-adi/pattun sehingga masyarakat luas lebih mengenal Segata/adi-adi/pattun, untuk selanjutnya dapat menambah wawasan seni sastra lisanlampung dan keaneka ragaman budaya Indonesia.
3. Untuk dijadikan media pembelajaran dan pembaharuan kreasi dalam rangka upaya pembinaan dan pengembangan Segata/adi-adi/pattun di masa yang akan datang.




BAB II
MATERI I

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat Lampung kaya akan hasil-hasil kebudayaan. Kebudayaan tersebut tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat itu sendiri. Bentuknya beraneka ragam. Ada yang berwujud norma dan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, tradisi, adat- istiadat dan juga seni. Nilai seni ini pun bermacam-macam. Ada seni kerajinan untuk masyarakat Lampung terkenal dengan hasil kerajinan tapis. Dalam bidang seni rupa ada ukiran-ukiran ornament lampung yang bahan bakunya adalah kayu jati, ada juga seni yang dapat dinikmati keindahannya melalui pendengaran yaitu dengan mendengar kalimat-kalimat satra yang indah.
Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan ide, semangat atau keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan pesona dengan bahasa sebagai medianya. Dalam wujudnya karya satra mempunyai dua aspek penting yaitu isi dan bentuk. Aspek isi adalah tentang pengalaman hidup manusia, sedangkan aspek bentuk adalah hal-hal yang berhubungan dengan cara penyampaian, cara pengarang memanfaatkan bahasa untuk mewadahi isi karya itu.
Sastra tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sebab sastra dihasilkan pengarang dari penghayatan atas kehidupan. Kehidupan akan membantu kita dalam memahami sastra. Sebaliknya seseorang yang banyak membaca dan menghayati sastra relative akan memilikki kepekaan terhadap direka pengarang. Dalam dunia rekaan itu kita berhadapan dengan manusia rekaan yang menggeluti berbagai persoalan hidup. Penghuni dunia rekaan itu mengalami kehidupan sesuai dengan keinginan, cita-cita, atau gagasan pengarang.
Kehidupan bukan sekedar untuk dipahami, melainkan untuk dijalani atau dialami. Menjalani kehidupan yang sudah dipahami terlebih dahulu akan lain dengan menjalani kehidupan yang sebelumnya tidak kita pahami. Memahami hidup pada dasarnya adalah mempersiapkan diri. Memang hidup tidak pernah dapat dipersiapkan. Akan tetapi dengan mempejari kehidupan orang lain kita akan lebih siap.
Sastra merupkan karya seni. Sastra diciptakan melalui daya kreatifitas. Kreatifitas sastrawan menemukan dan memilih kemungkinan –kemungkinan yang terbaik sebagai bahan atau karyanya merupakan suatu keharusan. Tanpa kreatifitas itu tidak mungkin suatu karya sastra yang bermutu dapat diperoleh. Sastrawan yang kreatif bermakna sastrawan yang sanggup menemukan nilai-nilai yang telah ada dalam masyarakat. Kesanggupan sastrawan menemukan nilai-nilai terbaik yang akan dijadikan tema karyanya merupakan suatu hal yang berhubungan dengan mutu kreatifitas tersebut.
Untuk menyatakan suatu karya bermutu atau tidak, sekurang-kurangnya karya sastra itu memenuhi satu dari beberapa hal berikut ini.
1. Karya sastra itu komunikatif. Artinya, karya sastra itu bisa dipahami oleh orang banyak, tidak hanya bisa dipahami oleh orang etrtentu atau hanya dipahami oleh si pengarang. Hal ini berkaitan erat dengan aspek bahasa yang digunakan.
2. Karya satra itu memiliki pola atau bentuk yang teratur. Artinya bentuk atau olanya berstruktur, jalan pikiran yang dikemukakan tidak terputus-putus dan mudah dipahami oleh orang banyak
3. Karya sastra itu bisa menghibur . karya sastra yang baik harus bisa menghibur para penikmatnya. Penikmat sastra kalau membaca atau mendengar karya sastra itu merasa senang.
4. Karya sastra itu dapat memberikan nilai tambah bagi penikmatnya. Karya sastra yang baik harus dapat menambah wawasan pengetahuan penikmatnya atau dapat dijadikan alat untuk memanusiakan manusia.

B. Letak Sastra dalam Kerangka Kebudayaan Nasional

Jika memperhatikan unsur universal kebudayaan, kita dapat menemukan antara lain, dua unsur yang terpisah yaitu unsur bahasa dan kesenian (Koentjaraningrat, 1974:12). Bahasa merupakan hasil budi daya manusia untuk alat komunikasi secara verbal, sedangkan kesenian merupakan hasil budi daya manusia untuk menciptakan sesuatu yang indah dan menyenangkan. Sastra dengan berbagai cirinya, merupakan salah satu bentuk seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya.
Menurut Koentjaraningrat, (1974:25), sastra merupakan pranata kebudayaan yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia dalam menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi.
Syarat mutlak suatu kebudayaan nasional adalah bahwa budaya itu ahrus bersifat khas dan harus dapat dibanggakan oleh masyarakat pendudkungnya. Agar dapat menjadi kebanggaan masyarakat, kebudayaan yang bersifat khas itu dan harus dapat dikembangkan.
Koentjaraningrat, (1974:106-108), mengemukakan bahwa dari tujuh unsur kebudayaanyang universal ( system teknologi, system mata pencaharian, kemasyarakatan, bahasa, sisitem pengetahuan religi dan kesenian), hanya satu unsur yang dapat memperlihatkan secara menonjol cirri yang bersifat khas dan dapat dibanggakan, yaitu unsure kesenian.
C. Sastra Lisan Lampung
Sastra Lisan adalah sastra yang hidup secara lisan, yang tersebar dalam bentuk tidak tertulis. Sastra lisan lampung merupakan milik kolektif etnis lampung dan bersifat anonim. Sastra itu banyak tersebar pada masyaraka dan merupakan bagian yang sangat penting dari kekayaan budaya etnis kebudaya etnis Lampung.
D. Jenis Sastra Lisan Lampung
Sastra lisan lampung dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu;
1. Peribahasa
2. Teteduhan
3. Mantara
4. Puisi
5. Cerita rakyat

E. Fungsi Sastra Lisan Lampung
Secara umum sastra lisan lampung memilki fungsi sebagai berikut;
1. Pengungkap alam pikiran, sikap dan nilai-nilai kebudayaan masyarakat lampung
2. Penyampai gagasan-gagasan yang mendukung pembangunan manusia seutuhnya
3. Pendorong untuk memahami, mencintai, dan membina kehidupan dengan baik
4. Pemupuk rasa persatuan dan saling pengertian antar sesama
5. Penunjang pengembangan bahasa dan kebudayaan Lampung
6. Penunjang perkembangan bahasa dan sastra Indonesia.

F. Cara Penyebaran Sastra Lisan Lampung
Yang dimaksud penyebaran di sini adalah pelestarian sastra lisan lampung., baik pada masa lalu mau pun pada masa yang sekarang.
a. Cara penyebaran sastra lisan masa lalu yaitu melalui:
1. Secara lisan dan turun temurun
2. Pada waktu kumpul bersama mengejakan kerajinan tangan
3. Pada saat beramai-ramai bekerja di ladang atau di sawah
4. Pada saat upacara penyambutan tamu secara adat
5. Pada saat upacara pemberian gelar /adok/adek
6. Pada acara muda mudi
7. Ketika acara berbalas pantun dalam rangka berlansungnya acara cangget
8. Ketika berlangsung acara pelepasan mempelai

b. Cara penyebaran sastra lisan massa sekarang yaitu melalui
1. Surat kabar
2. Majalah
3. Radio
4. TV, media visual dan media lainnya.

G. Peran Guru dalam Penyampaian Sastra Lisan Lampung
Dalam pembelajaran guru memegang peranan sangat penting. Peranan ini akan sangat menentukan untuk ketercapaian suatu proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila semua komponen yang terlibat dalam proses itu mampu bekerja sama mewujudkan tujuan sesuai dengan kebutuhan peserta didik . Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik tersebut seorang guru harus mampu menjadi figure yang menarik dan disukai peserta didik.
Maka pertanyaan pertama yang muncul yaitu “Bagaimanakah menjadi seorang guru yang How The Best Teacher. Ada beberapa aspek yang perlu kita camkan dan diperhatikan yaitu sebagai berikut;
1. Performance
- Penampilan yang baik
2. Knowledge
- Memiliki Imtaq dan Iptek
3. Strategi
- Cinta
- Model pembelajaran
Pertanyaan kedua “Adakah Model Pembelajaran Paling Efektif.
(Drs. H. muhammmad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar)
• Tidak ada model pembelajaran yang paling efektif untuk semua mata pelajaran atau untuk semua materi. Untuk menentukan model yang paling sesuai guru harus mengetahui karateristik peserta didik. Hal ini dap kita mulai dari kelas.
• Pemilihan model pembelajaran untuk diterapkan guru di dalam kelas mempertimbangkan beberapa hal:
- Tujuan pembelajaran
- Sifat materi pelajaran
- Ketersediaan fasilitas
- Kondisi peserta didik
- Alokasi waktu yang tersedia
• Ciri Model Pembelajaran yang Baik
Model Pembelajaran yang baik yaitu bila memenuhi kritria berikut ini;
- Adanya keterlibatan intelektual, emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap
- Adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model pembelajaran
- Guru bertindak sebagai fasilitator, mediator dan motivator kegiatan peserta didik
- Penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran
• Strategi di Kelas
Strategi ini dapat dilakukan dengan CINTA. Apakah cinta itu?
CINTA adalah sebagai berikut:
1. Cermat
Sesuai dengan SK, KD dan Indikator
2. Indah
Sajikan materi semenarik mungkin
Tidak membosankan
3. Namai
- Gunakan nama istilah yang kreatif ( untuk materi hafalan tertentu)
- Contoh- contoh (contoh soal dimulai dari contoh yang paling dekat dengan siswa)
- rumus-rumus khusus yang unik sehingga membuat siswa lebih ingat secara
melekat .
- Penyelesaian soal atau tugas
4. Tim
Adanya interaksi Guru dan Siswa

5. Adakan Evaluasi
- Perbaikan

Uraian diatas dapat dijadikan sebagai salah satu alternative guru dalam funsinya sebagai pemegang peranan penting dalam pembelajaran. Khususnya untuk pembelajaran sastra lisan Lampung, dengan tetap memperhatikan fasilitas dan kebutuhan yang ada pada sekolah masing-masing.



H. Evaluasi Penampilan Sastra Lisan
Evaluasi merupakan komponen dari pembelajaran yang sangat penting untuk mengetahui sejauhmana proses pembelajaran yang telah kita lakukan berhasil atau tidak . Alat ukurnya yaitu penilaian atau evaluasi. Penilaian untuk hasil belajar materi sastra lisan ada dua macam, yaitu;
1. Tertulis
Untuk bentuk tes tertulis dapat berupa uraian dan pilihan ganda.
Bentuk tes ini tepat untuk mengetahui sejauhmana siswa mampu memahami pengetahuan umum tentang konsep segata dan makna segata
2. Praktek
Untuk materi sastra lisan ini ada aspek yang harus diukur yang berhubungan dengan penampilan siswa. Aspek tersebut yaitu;
- lafal dan intonasi,
- ekspresi dan penghayatan,
- kreatifitas siswa bisa dihubugkan dengan suara, music dan property lain yang mendukung penampilan satra lisan tersebut sehingga lebih aspiratif.
Sebagai contoh perbandingan proporsi angka yang sesuai yaitu sebagai berikut;
No Aspek penilaian Bobot Nilai
1. Intonasi 35% 35
2. Lafal 25% 25
3. Ekspresi 25% 25
4. Kreatifitas 15 % 15
Jumlah 100% 100


Atau kita bisa membuat rentang nilai untuk realitas obyektif hasil penampilan siswa
Nama Intonasi Lafal Ekspresi Kreatifitas Jumlah
SB B C K SB B C K SB B C K SB B C K


Keterangan Pengisian Kolom;
Kode dan rentang nilai
SB (sangat baik) ; 90 -100
B (Baik) ; 80 -90
C (Cukup) ; 70 -80
K (Kurang) ; 60-70

Tidak ada komentar:

Posting Komentar